A.
Pendahuluan
Belajar
merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku
peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Suasana
dan proses pembelajaran yang efektif tentunya menghendaki adanya perubahan
perilaku dalam belajar yang mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Nanang Hanafiyah, 2010). Aspek-aspek
inilah yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut.
Menurut
Suharjono (Ahmad dan Lilik, 2009), ada dua faktor yang mempunyai andil dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran, yakni faktor yang berada dalam kendali
guru dan faktor yang berada di luar kendali guru. Adapun faktor yang termasuk
dalam kendali guru seperti rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran.
Faktor-faktor inilah yang terkait dengan metode. Sedangkan faktor yang berada
di luar wilayah kendali guru seperti karakteristik dan latar belakang siswa,
tujuan pembelajaran, kondisi dan kualitas sarana dan prasarana, dan lain-lain.
Hal-hal
tersebut menunjukan bahwa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan,
faktor penggunaan metode dan kondisi
kesiapan belajaran peserta didik sangat menentukan. Dari sisi guru, keterampilan
penguasaan metode dan teknik tentunya harus dimiliki. Sedangkan dari sisi
peserta didik, menumbuhkan motivasi belajar sebagai modal kesiapan belajar
mutlak adanya. Melihat bahwa dalam proses belajar maupun pembelajaran, peserta
didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda.
Motivasi
belajar merupakan kekuatan (power
motivation), daya pendorong (driving
force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri
peserta didik untuk belajar secara
aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan
perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Nanang
Hanafiah, 2010), namun pada kenyataanya, motivasi belajar yang dimiliki setiap
anak berbeda-beda.
Selanjutnya,
tindak lanjut yang penting diperhatikan oleh guru adalah bagaimana pada kondisi
tertentu (given), mampu membuat atau melaksanakan pendekatan atau metode
sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Sebab kegiatan memilih, merancang, menerapkan dan melaksanakan metode yang
efektif, efisien dan kemenarikan pada dasarnya merupakan tugas nyata seorang
guru dalam mengupayakan peningkatan motivasi belajar.
Pembelajaran
berbasis syair-syair motivasi habib Idrus bin Salim AlJufrie merupakan salah
satu pendekatan pembelajaran dengan teknik pemberian motivasi dalam bentu
nasehat-nasehat, kata-kata mutiara dalam untaian syair-syair. Untaian
syai-syair penggugah semangat tersebut dapat membantu guru menciptakan proses
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Hal tersebut dapat terjadi karena
dalam menyampaikan syair-syair pada setiap kesempatan pembelajaran, diberikan
melalui sebuah lagu. Sehingga dapat memberikan dorongan sekunder bagi peserta
didik.
B.
Profil
Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri
Sayyid
Idrus AlJufri yang terkenal dengan sapaan “Guru Tua” dilahirkan di kota Taris,
sebuah distrik yang berada ± 5 km dari kota Sewun Hadhramaut Yaman pada hari
Senin tanggal 14 Sya’ban tahun 1309 H15 Maret 1890 dari keluarga Ba’alawi yang
silsilah sampai kepada Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad saw.(Yanggo,
2013). Sebelum kedatangan Sayyid Idrus
ke Palu, Masyarakat Sulawesi tengah pada waktu itu memiliki beberapa
kepercayaan tradisional yang diwarisi secara turun-temurun, walaupun masyarakat
Sulawesi Tengah waktu itu mayoritas beragama Islam.
Kedatangan
dan keberadaan Sayyid Idrus di Palu Sulawesi Tengah dengan mendirikan
pendidikan Islam Alkhairaat, sesungguhnya merupakan suatu peristiwa terbesar
dan teristimewa dalam sejarah Sulawesi Tengah serta Indonesia bagian Timur,
bahkan Nusantara (Yanggo, 2013). Sayyid
Idrus Al Jufri mendirikan madrasah Alkhairaat di bulan Muharam tahun 1349 H/
Juli 1930 di Kota Palu, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Abdun,1990).
Sayyid Idrus melalui pendidikan Islam
Alkhairaat dan dakwahnya membawa fajar baru. Di samping itu, kedatangan sayyid
Idrus di Palu dengan mendirikan pendidikan Islam Alkhairaat, dapat melindungi
masyarakat kota Palu dari aliran-aliran menyesatkan yang merusak akidah. Adapun
jasa paling monumental yang ditinggalkan dan dititipkan oleh Sayyid Idrus bin
Salim Al Jufri (Guru Tua) kepada Sulawesi Tengah, bahkan Indonesia Timur dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Pendidikan Islam Alkhairaat
(Yanggo, 2013).
Sebagai
seorang pendidik, Sayyid Idrus tidak ekstrim apalagi radikal, baik secara
agama, maupun politik. Jasa-jasanya tetap dikenang oleh setiap orang yang telah
mengenalnya, terutama di Indonesia bagian Timur. (Yanggo, 2013).Seluruh
hartanya diwakakan dan semua hasil dagangannya digunakan untuk membiayai
pendidikan Alkhairaat. Apa yang telah dirintis oleh Sayyid Idrus ini, kini
telah membuahkan hasil dengan berdirinya 1561 cabang madrasah dan sekolah di
berbagai pelosok Indonesia Timur, dengan berbagai jenjang pendidikan dari
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi.
Sayyid
Idrus wafat di Kota Palu Sulawesi Tengah hari senin tanggal 12 Syawal pada
tahun 1389 H. bertepatan dengan 22 Desember 1969 M.
C.
Hakikat
Pembelajaran
Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta
didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara
sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
efektif dan efisien.(Komalasari, 2010). Pembelajaran dapat dipandang dari dua
sudut, pertama pembelajaran dipandang
sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi
dan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran
(remedial dan pengayaan).
Kedua, pembelajaran
dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya
atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar. Proses tersebut meliputi persiapan, melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnnya,
dan menindak lanjuti pembelajaran yang dikelolahnya.
Keberhasilan
atau kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar banyak ditentukan
oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar (Nasih &
Khalidah, 2009). Seringkali dijumpai seorang guru memiliki pengetahuan luas
terhadap materi yang akan diajarkan, namun tidak berhasil dalam mengajar. Salah
satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penguasaan terhadap metode mengajar.
Di sinilah, terlihat betapa pentingnya metode mengajar bagi seorang guru. Oleh
karenanya, penguasaan terhadap metode pengajaran menjadi salah satu prasyarat
dalam menentukan keberhasilan seorang guru.
Metode
pembelajaran yang cenderung kaku, statis monoton. Tidak dialogis dan bahkan
membosankan, akhirnya membuat siswa menjadi tidak kreatif dan kritis dalam
mengajar. Metode pembelajaran yang demikian ini hanya sekedar mengantarkan
peserta didik mampu dan memahami sebuah konsep, sementara upaya internalisasi
nilai belum dapat dilakukan secara baik (Nasih & Khalidah, 2009).
Akibatnya, muncul kesenjangan antara pengetahuan dengan praktek kehidupan
sehari-hari. Misalnya, anak didik mengetahui dan menghafal seperangkat nilai-nilai positif seperti
kejujuran dan lain sebagainya tetapi nilai-nilai tersebut tidak terwujud dalam
perilaku.
Untuk
internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai tersebut, mengharuskan pola-pola
keteladanan dari pihak guru dalam mengajarkan setiap nilai kepada peserta
didik. Artinya, seorang pendidik tidak hanya memberikan seperangkat konsep
tentang suatu nilai dan ajaran, tetapi juga menjadi teladan atas penerapan nilai dan ajaran yang dimaksud.
Menurut
Al-Abrasyi (2003), sifat-sifat keteladanan yang harus dimiliki oleh guru dalam
pendidikan Islam yaitu zuhud tidak
mengutamakan materi, dan mengajar karena keridhaan Allah semata, menjaga kebersihan, ikhlas dalam pekerjaan,
pemaaf, mengetahui karakteristik peserta didik, menguasai materi, dalam hal ini
prinsip-prinsip yang paling penting adalah menjaga akhlak dan moral.
D.
Hakikat
motivasi belajar
Motif
adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini hidup
pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakan orang itu untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu
sendiri. Dengan demikian, suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif tertentu tidaklah bersifat sembarang atau acak, melainkan mengandung isi
atau tema sesuai dengan motiv yang mendasarinya (Prayitno & Amti, 2013).
Santrock
(2008), mengemukakan bahwa motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
penuh energy, terarah dan bertahan lama. Motivasi adalah aspek penting dari
pembelajaran. Peserta didik yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras
untuk belajar sedangkan peserta didik yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah
dan menyerap proses belajar.
Menurut
Prayitno (2013), para ahli umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif,
yaitu motif yang bersifat primer dan yang bersifat sekunder. Motif primer
didasari kebutuhan asli yang semula telah ada pada diri setiap individu. Adapun
motif sekunder tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan
proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif sekunder ini berkembang
karena adanya usaha belajar. Karena belajar individu terdorong untuk melakukan
berbagai hal, seperti berpakaian, melakukan penelitian, dan sebagainnya.
Perspektif
psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda (Santrock, 2008),
yaitu perspektif behavioral, humanistis, kognitif dan sosial. Perspektif
behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam
menentukan motivasi peserta didik. Insentif adalah peristiwa atau stimuli
positif atau negative yang dapat memotivasi peserta didik. Menurut Emmer (dalam Santrock, 2000) pendukung penggunaan
insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat dan kesenangan pada
pelajaran.
Perspektif
Humanistis menekankan pada kapasitas peserta didik untuk mengembangkan
kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan
dengan pandangan Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi terlebih
dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Adapun perspektif
kognitif, memandang motivasi sebagai hasil dari buah pemikiran. Menurut
Pintrich (dalam Santrock, 2008) belakangan ini muncul minat besar pada motivasi
menurut perspektif kognitif.
Perspektif
sosial adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Hal ini
membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang
sangat akrab. Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka
untuk menghabiskan
Motivasi
belajar merupakan kekuatan (power
motivation), daya pendorong (driving
force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri
peserta didik untuk belajar secara
aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan
perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Nanang
Hanafiah, 2010).
Menurut
Hanafiah (2010) fungsi dari motivasi antara lain, a). motivasi merupakan alat
pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik, b). motivasi merupakan
alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, c). motivasi merupakan
alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, d).
motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih bermakna.
Motivasi
merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena
itu, motivasi belajar dapat dipelajari agar dapat tumbuh dan berkembang. Di
antara upaya untuk membangkitkan motivasi yaitu, a). Peserta didik memperoleh
pemahaman terhadap pembelajaran, b).
peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran, c). menyesuaikan
tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match. d). memberikan sentuhan lembut (soft touch), e). memberikan hadiah
(reward), f). memberikan pujian dan penghormatan, g). peserta didik mengetahui
prestasi belajarnya, h). adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat, i).
Belajar menggunakan multi method ((Hanafiah,
2010)
E.
Syair-syair
Habib Idrus bin Salim sebagai motivasi bernilai universal
Sayyid
Idrus selalu memberikan motivasi kepada para dewan guru dan staf serta
murid-muridnya. Beliau mengarahkan pada cita-cita yang lebih tinggi berdasarkan nilai-nilai
moral, seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan. Dalam mengembangkan
Alkhairaat di berbagai wilayah Indonesia Timur, Sayyid Idrus mengedepankan
metode (Suri tauladan yang baik) dalam
menyampaikan cerama kepadah masyarakat terkait pendidikan agama.
Sayyid
Idrus merupakan pribadi yang sangat peduli terhadap peningkatan kualitas
pendidikan di Alkhairaat, baik dari segi materi pengajaran, sarana dan
prasarana pendidikan, hingga kesejahteraan para tenaga pengajar di lingkungan
Alkhairaat. Kepedulian Sayyid Idrus bin Salim ini, salah
satunya, tampak pada kesehariaanya. Setiap kali mendengar laporan mengenai
adanya guru yang mempunyai kesulitan dari segi ekonomi, Sayyid Idrus memberikan
bantuan sukarela secara pribadi. Selain itu, Sayyid Idrus seringkali mengajak
para murid dan guru di Alkhairaat untuk berdialog mengenai permasalahan yang
dihadapi dalam proses belajar-mengajar disertai dengan nasehat-nasehat sebagai
bentuk motivasi demi mencapai hasil yang
terbaik, sesuai yang diharapkan.
Motivasi
nilai-nilai universal yang diberikan Sayyid Idrus kepada setiap muridnya tidak
hanya dalam bentuk nasehat yang bersifat pribadi, akan tetapi tertuang dalam
syair-syairnya yang disampaikan secara umum di hadapan Abanaul khairaat, baik dalam hal agama, pendidikan, kemanusiaan,
hingga nasionalisme. Syair-syair Sayyid Idrus tersebut, antara lain (Yanggo,
dkk, 2013) :
Wahai putra-putri
Alkhairaat, marilah bersama-sama untuk mencapai kemuliaan φφφ bahu membahu yaitu ilmu pengetahuan.
Di Alkhairaat
perguruan kita terdapat aneka ragam ilmu pengetahuan yang bermanfaat φφφ maka perkayalah dirimu dengan ilmu,
agar kamu tidak merugi.
Murid –murid
Alkhairaat adalah pemimpin di semua bidang φφφ
mereka senantiasa berbicara sementara yang lainnya membisu.
Tidaklah engkau
melihat bahwa ilmu adalah warisan dari Rasulullah φφφ itulah warisan yang paling berharga darinya.
Hanya dengan
tekun dan bersungguh-sungguh serta kerja keras dapat dicapai cita-cita yang
tinggi φφφ dan hanya orang yang
berjiwa besar cinta kepada ilmu pengetahuan.
Orang-orang yang
berilmu dan beradab akan mendapat tempat di hati masyarakat φφφ sedangkan orang jahil lagi congkak
pasti tidak akan disanjung dan dipuja oleh masyarakat.
Dalam teks syair tersebut, nampak jelas bahwa Sayyid
Idrus memiliki karakter kepemimpinan yang transformasional. Demikian pula,
upaya Sayyid Idrus dalam mempersiapkan kader-kader Alkhairaat di masa yang akan
datang. Syair-syair tersebut terbukti dapat membakat semangat belajar
murid-murid Habib Idrus. Hal ini dapat terlihat dari murid-murid yang diutus
melanjutkan studi ke luar negeri, seperti di Mesir.
Syair-syair yang diserukan Sayyid Idrus merupakan
salah satu dari bentuk-bentuk metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif
dalam pembelajaran agama Islam. Dalam pendidikan Islam, syair-syair motivasi
Sayyid Idrus termasuk dalam metode pembelajaran pemberian motivasi dan peringatan
(Al-Tasywiq dan Al-Tadzkir). Teknik
yang dilakukan dengan cara memberi motivasi tinggi pada peserta didik, sehingga
ia merasa senang dan bangga melakukan suatu perintah (Mujib, Mudzakkir, 2010).
Di samping itu, teknik ini memberikan gambaran yang
sangat membahayakan terhadap perbuatan yang jahat, sehingga peserta didik
secara preventif menghindarkan diri dari segala perbuatan yang menyulitkan masa
depannya (Mujib, Mudzakkir, 2010). Firman Allah: “Barang siapa yang mengerjakan
amal shaleh maka pahalanya untuk dirinya, dan barang siapa yang berbuat jahat
maka dosanya atas dirinya, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya
hamba-hamba-Nya.”(Q.S. al-Fushshilat: 46).
Syair-syair motivasi Sayyid Idrus mengisyaratkan
bahwa motivasi sekunder maupun motivasi ekstrinsik dapat mendukung motivasi
internal yang ada pada diri setiap
peserta didik. Apabila dilihat dari perspektif behavioral, motivasi ekstrinsik
memiliki arti penting dalam prestasi belajar (Santrock, 2008) . Jelas prestasi
meningkat karena adanya motifasi dari internal maupun internal diri. Makna
inilah yang terkandung dalam Syair-syair Sayyid Idrus. Jiwa-jiwa peserta didik
yang haus ilmu pengetahuan kemudian diisi dengan untaian nasehat dalam bentuk
syair-syair yang berisi bait-bait penggungah semangat juang.
Dalam perjalanannya, Sayyid Idrus selalu
mengutamakan nilai-nilai keagamaan. Niat bahwa yang pertama dan utama menjadi
tujuan adalah Allah swt. Sehubungan dengan hal ini, Sayyid Idrus dalam Syairnya
berkata:
Bergiatlah
kalian menuntut ilmu hai para murid Alkhairaat φφφ Orang-orang berilmu menempati derajat yang tinggi.
Niatkanlah
dengan mempelajarinya agar kamu mengikuti kebenaran agama φφφ karena amal-amal itu tergantung dari niatnya.
Di kalangan orang-orang yang iman dan ketakwaannya
tinggi kepada Tuhan yang Maha Esa, berkembang kesadaran bahwa semua perbuatan
hendaknya didasari oleh keimanan dan ketakwaan. Semua perbuatan hendaknya
diniati untuk ibadah. Setiap perbuatan sekecil apa pun perbuatan itu, hendaknya
dilandasi motif beribadah. Dalam prakteknya sehari-hari, motif beribadah itu
diwujudkan dalam doa yang diucapkan sebelum seseorang melakukan sesuatu agar
perbuatan itu diterima dan diridhai oleh Tuhan (Prayitno, 2013).
F.
Penutup
Pembelajaran berbasis syair-syair motivasi Habib
Idrus bin Salim Aljufri merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran
dengan teknik pemberian motivasi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini,
untaian syair-syair Habib Idrus dijadikan sebagai pendorong sekunder dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik. Syair-syair Habib Idrus bukan hanya sekedar
hafalan,tetapi makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mengisyaratkan
terciptanya perubahan pada diri peserta didik.
Nasehat-nasehat yang tertuang dalam syair-syair
Habib Idrus, sampai saat ini sejak pertama mengabdikan diri di jalan dakwah dan
pendidikan, sangat dirasakan manfaatnya oleh para Abnaaul khairaat (keluarga besar Alkhairaat). Hal ini selanjutnya
diharapkan dapat pula bermanfaat bagi seluruh pecinta ilmu di mana pun berada.
Untaian bait syair-syair Habib Idrus yang merupakan at-Tasywiq wa at-Tadzkiir (motivasi dan peringatan) diharapkan yang
dapat menambah wawasan pengembangan metode pembelajaran.
G.
Daftar
Pustaka
Abdun,
A.T. 1990. Sekelumit tentang Perguruang
Alkhairaat dan Pendirinya.
Al-Abrasyi,
M. A.2003. Prinsip-prinsip Dasar
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Hanafiah,
N., & Sahana C. 2009.Konsep Strategi
Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Komalasari
K. 2010. Pembelajaran Konseptual.
Bandung: Refika Aditama.
Mujib,
A., & Mudzakkir, J. 2010. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nasih,
A.M., & Kholidah, L.N. 2009. Metode
dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.
Prayito.,
& Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock,
J.W. 2007.Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Yanggo,
H.T 2013. sayyid Idrus bin Salim al Jufri
Pendiri Alkhairaat dan Kontribusinya dalam Pembinaan Ummat. Jakarta: Gaung
Persada Press.