Sabtu, 25 Juni 2016

PEMBELAJARAN BERBASIS SYAIR-SYAIR MOTIVASI HABIB IDRUS BIN SALIM ALJUFRI: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK










 A.  Pendahuluan
Belajar merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Suasana dan proses pembelajaran yang efektif tentunya menghendaki adanya perubahan perilaku dalam belajar yang mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Nanang Hanafiyah, 2010). Aspek-aspek inilah yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut.
Menurut Suharjono (Ahmad dan Lilik, 2009), ada dua faktor yang mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, yakni faktor yang berada dalam kendali guru dan faktor yang berada di luar kendali guru. Adapun faktor yang termasuk dalam kendali guru seperti rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor inilah yang terkait dengan metode. Sedangkan faktor yang berada di luar wilayah kendali guru seperti karakteristik dan latar belakang siswa, tujuan pembelajaran, kondisi dan kualitas sarana dan prasarana, dan lain-lain.
Hal-hal tersebut menunjukan bahwa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan, faktor  penggunaan metode dan kondisi kesiapan belajaran peserta didik sangat menentukan. Dari sisi guru, keterampilan penguasaan metode dan teknik tentunya harus dimiliki. Sedangkan dari sisi peserta didik, menumbuhkan motivasi belajar sebagai modal kesiapan belajar mutlak adanya. Melihat bahwa dalam proses belajar maupun pembelajaran, peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda.
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar  secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010), namun pada kenyataanya, motivasi belajar yang dimiliki setiap anak berbeda-beda.
Selanjutnya, tindak lanjut yang penting diperhatikan oleh guru adalah bagaimana pada kondisi tertentu  (given), mampu membuat atau melaksanakan pendekatan atau metode sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sebab kegiatan memilih, merancang, menerapkan dan melaksanakan metode yang efektif, efisien dan kemenarikan pada dasarnya merupakan tugas nyata seorang guru dalam mengupayakan peningkatan motivasi belajar.
Pembelajaran berbasis syair-syair motivasi habib Idrus bin Salim AlJufrie merupakan salah satu pendekatan pembelajaran dengan teknik pemberian motivasi dalam bentu nasehat-nasehat, kata-kata mutiara dalam untaian syair-syair. Untaian syai-syair penggugah semangat tersebut dapat membantu guru menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Hal tersebut dapat terjadi karena dalam menyampaikan syair-syair pada setiap kesempatan pembelajaran, diberikan melalui sebuah lagu. Sehingga dapat memberikan dorongan sekunder bagi peserta didik.
B.  Profil Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri
Sayyid Idrus AlJufri yang terkenal dengan sapaan “Guru Tua” dilahirkan di kota Taris, sebuah distrik yang berada ± 5 km dari kota Sewun Hadhramaut Yaman pada hari Senin tanggal 14 Sya’ban tahun 1309 H15 Maret 1890 dari keluarga Ba’alawi yang silsilah sampai kepada Ali bin Abi Thalib, menantu Nabi Muhammad saw.(Yanggo, 2013).  Sebelum kedatangan Sayyid Idrus ke Palu, Masyarakat Sulawesi tengah pada waktu itu memiliki beberapa kepercayaan tradisional yang diwarisi secara turun-temurun, walaupun masyarakat Sulawesi Tengah waktu itu mayoritas beragama Islam.
Kedatangan dan keberadaan Sayyid Idrus di Palu Sulawesi Tengah dengan mendirikan pendidikan Islam Alkhairaat, sesungguhnya merupakan suatu peristiwa terbesar dan teristimewa dalam sejarah Sulawesi Tengah serta Indonesia bagian Timur, bahkan Nusantara  (Yanggo, 2013). Sayyid Idrus Al Jufri mendirikan madrasah Alkhairaat di bulan Muharam tahun 1349 H/ Juli 1930 di Kota Palu, ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah (Abdun,1990).
 Sayyid Idrus melalui pendidikan Islam Alkhairaat dan dakwahnya membawa fajar baru. Di samping itu, kedatangan sayyid Idrus di Palu dengan mendirikan pendidikan Islam Alkhairaat, dapat melindungi masyarakat kota Palu dari aliran-aliran menyesatkan yang merusak akidah. Adapun jasa paling monumental yang ditinggalkan dan dititipkan oleh Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri (Guru Tua) kepada Sulawesi Tengah, bahkan Indonesia Timur dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Pendidikan Islam Alkhairaat (Yanggo,  2013).
Sebagai seorang pendidik, Sayyid Idrus tidak ekstrim apalagi radikal, baik secara agama, maupun politik. Jasa-jasanya tetap dikenang oleh setiap orang yang telah mengenalnya, terutama di Indonesia bagian Timur. (Yanggo, 2013).Seluruh hartanya diwakakan dan semua hasil dagangannya digunakan untuk membiayai pendidikan Alkhairaat. Apa yang telah dirintis oleh Sayyid Idrus ini, kini telah membuahkan hasil dengan berdirinya 1561 cabang madrasah dan sekolah di berbagai pelosok Indonesia Timur, dengan berbagai jenjang pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Perguruan Tinggi.
Sayyid Idrus wafat di Kota Palu Sulawesi Tengah hari senin tanggal 12 Syawal pada tahun 1389 H. bertepatan dengan 22 Desember 1969 M.
C.  Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.(Komalasari, 2010). Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).
Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru  dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut meliputi persiapan, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnnya, dan menindak lanjuti pembelajaran yang dikelolahnya.
Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar (Nasih & Khalidah, 2009). Seringkali dijumpai seorang guru memiliki pengetahuan luas terhadap materi yang akan diajarkan, namun tidak berhasil dalam mengajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penguasaan terhadap metode mengajar. Di sinilah, terlihat betapa pentingnya metode mengajar bagi seorang guru. Oleh karenanya, penguasaan terhadap metode pengajaran menjadi salah satu prasyarat dalam menentukan keberhasilan seorang guru.
Metode pembelajaran yang cenderung kaku, statis monoton. Tidak dialogis dan bahkan membosankan, akhirnya membuat siswa menjadi tidak kreatif dan kritis dalam mengajar. Metode pembelajaran yang demikian ini hanya sekedar mengantarkan peserta didik mampu dan memahami sebuah konsep, sementara upaya internalisasi nilai belum dapat dilakukan secara baik (Nasih & Khalidah, 2009). Akibatnya, muncul kesenjangan antara pengetahuan dengan praktek kehidupan sehari-hari. Misalnya, anak didik mengetahui dan menghafal  seperangkat nilai-nilai positif seperti kejujuran dan lain sebagainya tetapi nilai-nilai tersebut tidak terwujud dalam perilaku.
Untuk internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai tersebut, mengharuskan pola-pola keteladanan dari pihak guru dalam mengajarkan setiap nilai kepada peserta didik. Artinya, seorang pendidik tidak hanya memberikan seperangkat konsep tentang suatu nilai dan ajaran, tetapi juga menjadi teladan atas penerapan  nilai dan ajaran yang dimaksud.
Menurut Al-Abrasyi (2003), sifat-sifat keteladanan yang harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam yaitu  zuhud tidak mengutamakan materi, dan mengajar karena keridhaan Allah semata,  menjaga kebersihan, ikhlas dalam pekerjaan, pemaaf, mengetahui karakteristik peserta didik, menguasai materi, dalam hal ini prinsip-prinsip yang paling penting adalah menjaga akhlak dan moral.
D.  Hakikat motivasi belajar
Motif adalah dorongan yang menggerakan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap kali mengusik serta menggerakan orang itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung di dalam dorongan itu sendiri. Dengan demikian, suatu tingkah laku yang didasarkan pada motif  tertentu tidaklah bersifat  sembarang atau acak, melainkan mengandung isi atau tema sesuai dengan motiv yang mendasarinya (Prayitno & Amti, 2013).
Santrock (2008), mengemukakan bahwa motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama. Motivasi adalah aspek penting dari pembelajaran. Peserta didik yang tidak punya motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar sedangkan peserta didik yang bermotivasi tinggi senang ke sekolah dan menyerap proses belajar.
Menurut Prayitno (2013), para ahli umumnya sepakat akan adanya dua penggolongan motif, yaitu motif yang bersifat primer dan yang bersifat sekunder. Motif primer didasari kebutuhan asli yang semula telah ada pada diri setiap individu. Adapun motif sekunder tidak dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk bersamaan dengan proses perkembangan individu yang bersangkutan. Motif sekunder ini berkembang karena adanya usaha belajar. Karena belajar individu terdorong untuk melakukan berbagai hal, seperti berpakaian, melakukan penelitian, dan sebagainnya.
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi dengan cara yang berbeda (Santrock, 2008), yaitu perspektif behavioral, humanistis, kognitif dan sosial. Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi peserta didik. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negative yang dapat memotivasi peserta didik. Menurut Emmer  (dalam Santrock, 2000) pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat dan kesenangan pada pelajaran.
Perspektif Humanistis menekankan pada kapasitas peserta didik untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan dengan pandangan Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Adapun perspektif kognitif, memandang motivasi sebagai hasil dari buah pemikiran. Menurut Pintrich (dalam Santrock, 2008) belakangan ini muncul minat besar pada motivasi menurut perspektif kognitif.
Perspektif sosial adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Hal ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan dan pemulihan hubungan personal yang sangat akrab. Kebutuhan afiliasi peserta didik tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar  secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010).
Menurut Hanafiah (2010) fungsi dari motivasi antara lain, a). motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik, b). motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, c). motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, d). motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih bermakna.
Motivasi merupakan salah satu aspek utama bagi keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari agar dapat tumbuh dan berkembang. Di antara upaya untuk membangkitkan motivasi yaitu, a). Peserta didik memperoleh pemahaman  terhadap pembelajaran, b). peserta didik memperoleh kesadaran diri terhadap pembelajaran, c). menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara link and match. d). memberikan sentuhan lembut (soft touch), e). memberikan hadiah (reward), f). memberikan pujian dan penghormatan, g). peserta didik mengetahui prestasi belajarnya, h). adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat, i). Belajar menggunakan multi method ((Hanafiah, 2010)
E.  Syair-syair Habib Idrus bin Salim sebagai motivasi bernilai universal
Sayyid Idrus selalu memberikan motivasi kepada para dewan guru dan staf serta murid-muridnya. Beliau mengarahkan pada cita-cita  yang lebih tinggi berdasarkan nilai-nilai moral, seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan. Dalam mengembangkan Alkhairaat di berbagai wilayah Indonesia Timur, Sayyid Idrus mengedepankan metode  (Suri tauladan yang baik) dalam menyampaikan cerama kepadah masyarakat terkait pendidikan agama.
Sayyid Idrus merupakan pribadi yang sangat peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Alkhairaat, baik dari segi materi pengajaran, sarana dan prasarana pendidikan, hingga kesejahteraan para tenaga pengajar di lingkungan Alkhairaat. Kepedulian Sayyid Idrus bin Salim ini, salah satunya, tampak pada kesehariaanya. Setiap kali mendengar laporan mengenai adanya guru yang mempunyai kesulitan dari segi ekonomi, Sayyid Idrus memberikan bantuan sukarela secara pribadi. Selain itu, Sayyid Idrus seringkali mengajak para murid dan guru di Alkhairaat untuk berdialog mengenai permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar-mengajar disertai dengan nasehat-nasehat sebagai bentuk motivasi demi mencapai hasil  yang terbaik, sesuai yang diharapkan.
Motivasi nilai-nilai universal yang diberikan Sayyid Idrus kepada setiap muridnya tidak hanya dalam bentuk nasehat yang bersifat pribadi, akan tetapi tertuang dalam syair-syairnya yang disampaikan secara umum di hadapan Abanaul khairaat, baik dalam hal agama, pendidikan, kemanusiaan, hingga nasionalisme. Syair-syair Sayyid Idrus tersebut, antara lain (Yanggo, dkk, 2013) :
Wahai putra-putri Alkhairaat, marilah bersama-sama untuk mencapai kemuliaan φφφ bahu membahu yaitu ilmu pengetahuan.
Di Alkhairaat perguruan kita terdapat aneka ragam ilmu pengetahuan yang bermanfaat φφφ maka perkayalah dirimu dengan ilmu, agar kamu tidak merugi.
Murid –murid Alkhairaat adalah pemimpin di semua bidang φφφ mereka senantiasa berbicara sementara yang lainnya membisu.
Tidaklah engkau melihat bahwa ilmu adalah warisan dari Rasulullah φφφ itulah warisan yang paling berharga darinya.
Hanya dengan tekun dan bersungguh-sungguh serta kerja keras dapat dicapai cita-cita yang tinggi φφφ dan hanya orang yang berjiwa besar cinta kepada ilmu pengetahuan.
Orang-orang yang berilmu dan beradab akan mendapat tempat di hati masyarakat φφφ sedangkan orang jahil lagi congkak pasti tidak akan disanjung dan dipuja oleh masyarakat.
Dalam teks syair tersebut, nampak jelas bahwa Sayyid Idrus memiliki karakter kepemimpinan yang transformasional. Demikian pula, upaya Sayyid Idrus dalam mempersiapkan kader-kader Alkhairaat di masa yang akan datang. Syair-syair tersebut terbukti dapat membakat semangat belajar murid-murid Habib Idrus. Hal ini dapat terlihat dari murid-murid yang diutus melanjutkan studi ke luar negeri, seperti di Mesir.
Syair-syair yang diserukan Sayyid Idrus merupakan salah satu dari bentuk-bentuk metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pembelajaran agama Islam. Dalam pendidikan Islam, syair-syair motivasi Sayyid Idrus termasuk dalam metode pembelajaran pemberian motivasi dan peringatan (Al-Tasywiq dan Al-Tadzkir). Teknik yang dilakukan dengan cara memberi motivasi tinggi pada peserta didik, sehingga ia merasa senang dan bangga melakukan suatu perintah (Mujib, Mudzakkir, 2010).
Di samping itu, teknik ini memberikan gambaran yang sangat membahayakan terhadap perbuatan yang jahat, sehingga peserta didik secara preventif menghindarkan diri dari segala perbuatan yang menyulitkan masa depannya (Mujib, Mudzakkir, 2010). Firman Allah: “Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh maka pahalanya untuk dirinya, dan barang siapa yang berbuat jahat maka dosanya atas dirinya, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya.”(Q.S. al-Fushshilat: 46).
Syair-syair motivasi Sayyid Idrus mengisyaratkan bahwa motivasi sekunder maupun motivasi ekstrinsik dapat mendukung motivasi internal  yang ada pada diri setiap peserta didik. Apabila dilihat dari perspektif behavioral, motivasi ekstrinsik memiliki arti penting dalam prestasi belajar (Santrock, 2008) . Jelas prestasi meningkat karena adanya motifasi dari internal maupun internal diri. Makna inilah yang terkandung dalam Syair-syair Sayyid Idrus. Jiwa-jiwa peserta didik yang haus ilmu pengetahuan kemudian diisi dengan untaian nasehat dalam bentuk syair-syair yang berisi bait-bait penggungah semangat juang.
Dalam perjalanannya, Sayyid Idrus selalu mengutamakan nilai-nilai keagamaan. Niat bahwa yang pertama dan utama menjadi tujuan adalah Allah swt. Sehubungan dengan hal ini, Sayyid Idrus dalam Syairnya berkata:
Bergiatlah kalian menuntut ilmu hai para murid Alkhairaat φφφ Orang-orang berilmu menempati derajat yang tinggi.
Niatkanlah dengan mempelajarinya agar kamu mengikuti kebenaran agama φφφ karena amal-amal itu tergantung dari niatnya.
Di kalangan orang-orang yang iman dan ketakwaannya tinggi kepada Tuhan yang Maha Esa, berkembang kesadaran bahwa semua perbuatan hendaknya didasari oleh keimanan dan ketakwaan. Semua perbuatan hendaknya diniati untuk ibadah. Setiap perbuatan sekecil apa pun perbuatan itu, hendaknya dilandasi motif beribadah. Dalam prakteknya sehari-hari, motif beribadah itu diwujudkan dalam doa yang diucapkan sebelum seseorang melakukan sesuatu agar perbuatan itu diterima dan diridhai oleh Tuhan (Prayitno, 2013).

F.     Penutup
Pembelajaran berbasis syair-syair motivasi Habib Idrus bin Salim Aljufri merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran dengan teknik pemberian motivasi dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, untaian syair-syair Habib Idrus dijadikan sebagai pendorong sekunder dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Syair-syair Habib Idrus bukan hanya sekedar hafalan,tetapi makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mengisyaratkan terciptanya perubahan pada diri peserta didik.
Nasehat-nasehat yang tertuang dalam syair-syair Habib Idrus, sampai saat ini sejak pertama mengabdikan diri di jalan dakwah dan pendidikan, sangat dirasakan manfaatnya oleh para Abnaaul khairaat (keluarga besar Alkhairaat). Hal ini selanjutnya diharapkan dapat pula bermanfaat bagi seluruh pecinta ilmu di mana pun berada. Untaian bait syair-syair Habib Idrus yang merupakan at-Tasywiq wa at-Tadzkiir (motivasi dan peringatan) diharapkan yang dapat menambah wawasan pengembangan metode pembelajaran.
G.    Daftar Pustaka
Abdun, A.T. 1990. Sekelumit tentang Perguruang Alkhairaat dan Pendirinya. 
Al-Abrasyi, M. A.2003. Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. 
Hanafiah, N., & Sahana C. 2009.Konsep Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Komalasari K. 2010. Pembelajaran Konseptual. Bandung: Refika Aditama.
Mujib, A., & Mudzakkir, J. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Nasih, A.M., & Kholidah, L.N. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama.
Prayito., & Erman Amti. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J.W. 2007.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Yanggo, H.T 2013. sayyid Idrus bin Salim al Jufri Pendiri Alkhairaat dan Kontribusinya dalam Pembinaan Ummat. Jakarta: Gaung Persada Press.